Cerita ini tentang kehidupan yang berada di antara pematang
sawah berpetak, tumbuhlah diriku, setangkai padi yang hijau diantara rumpun
padi yang menghijau. Sebelum aku mulai tumbuh, seseorang menyebarkan benihku,
merawatku, mengairiku, dan memberiku segala yang kubutuhkan.
Padi ditanam, ilalang tumbuh. Ilalang ditanam, padi tak
tumbuh. Ketika menyebar benih padi, pasti selalu tumbuh rumput ilalang di
sela-sela tanaman padi. Tapi ketika kita menyebar benih ilalang, tak mungkin
bisa tumbuh padi. Itulah sebabnya saat kita berbuat kebaikan, pasti selalu saja
ada kesalahan yang diperbuat, tapi ketika kita berbuat keburukan, kebaikan
tidak akan pernah ada. Dan aku pun tumbuh. Aku dan padi-padi yang tumbuh
lainnya adalah padi-padi pilihan yang diberikan kesempatan menikmati kehidupan.
Dan aku adalah salah satu kebaikan yang orangtuaku ciptakan, dan merupakan
titipan Tuhan.
Aku menjadi setangkai padi. Semuanya berharap kelak aku nanti
menjadi padi yang berguna, yang bisa menghasilkan beras bermutu dan menjadi
nasi berkualitas. Semua berharap dan menyematkan doa-doa mereka disetiap bulir
padiku yang mulai berbuah. Begitu pula dengan padi-padi yang lain, mereka
berisi doa-doa agar bulirnya manis berisi.
Ketika sudah tiba waktunya. Padi mulai menguning berisi bulir
yang bernas. Ibarat ilmu padi, semakin tua semakin berisi, semakin berisi
semakin menunduk. Ilmu pengetahuan yang dimiliki padi menjadikan padi menjadi
lebih bersikap sopan dan bijak ketika ia memiliki kemampuan tinggi. Tapi tidak
dengan diriku, aku masih menghijau tanpa bulir yang berisi. Aku masih dengan
kesombonganku berdiri dengan begitu angkuhnya karna merasa lebih tinggi, tapi
ketahuilah, bulirku tak berisi. Hingga pada saatnya ketika padi-padi lain mulai
dipanen, aku pun mulai menguning dan menunduk, tapi bukan karna berisi. Tapi
karna hama dan gulma menggerogoti. Aku semakin terkoyak kesana kemari, semakin
menguning menjadi jerami, bulir-bulir padi dari tubuhku tak berisi, menguning
menjadi gabah-gabah kering (sekam). Dan akupun mati bersama tumpukan jerami yang lain.
Tapi aku berbeda dengan jerami lain. Mereka mati dengan berguna tapi aku mati
dengan hina.
Lihatlah aku terkapar mengering tak berarti, apakah aku bisa
tumbuh lagi. Aku berdoa dalam hati, jika aku diberi kesempatan lagi, aku ingin
tumbuh menjadi berarti. Meskipun tak ingin dipuji, setidaknya aku ingin orang
mengerti bahwa aku juga ingin mengabdi. Langit mendengarkan keluhku, dia
turunkan hujan menyirami diriku. Kulihat gabah-gabah keringku (sekam) yang tak berisi
tersirami air hujan, dan tumbuhlah lagi diriku ini, menjadi setangkai padi.
Meskipun aku bisa tumbuh lagi menjadi setangkai padi, tapi padiku tak sempurna
seperti dulu lagi, tapi setidaknya aku diberi kesempatan untuk tumbuh lagi,
memberikan bulir padi yang akan menjadi beras dan kelak menjadi nasi.
Aer Enau
Singaradja, September
2013
PADI, semakin berisi semakin merunduk,..
ReplyDeletesalam kenal,..
Iya, seharusnya sih seperti itu, tapi awalnya tidak bisa seperti padi yang baik. :D
Deletesalam kenal juga