Friday, January 31, 2014

Si Rayap, Laron Tak Bersayap



Akulah “Si Rayap, Laron Tak Bersayap”. Dalam dingin masih di kegelapan. Dalam sepi tak merasakan kehangatan. 
Awal musim penghujan, sebaya ku mulai berterbangan. Dengan sayap dipundak mereka, mereka mengembara, mengitari setiap lampu penerangan yang ada.


Aku masih sama seperti sebelumnya, dari balik punggungku tak kulihat sayap seperti milik mereka. Aku masih termenung sambil menunggu sayapku tumbuh. Kutunggu dan terus ku tunggu, tapi tak juga tumbuh. Semua teman-temanku kini sudah pergi, mencari dan membuat koloni baru mereka. Aku ingin seperti mereka, tapi apa daya, aku masih belum juga berubah. 

Aku diam tak mengerti, disaat semuanya mulai dewasa dan memiliki sayap, tapi aku masih seperti dulu, sendiri dan sepi. Hujan turun dengan lebatnya, ku masih merangkai istana di bawah tanah ini, meneruskan pekerjaanku yang seharusnya sudah kuselesaikan saat ini.
Tak henti-hentinya ku menengok di balik tanah yang basah, mengintip sekawanan laron yang mengitari lampu penerangan, mereka bergembira bersama, hanya aku yang masih sendiri disini, di tempat yang gelap dan sepi ini. 

Kulihat beberapa diantara mereka mulai menemukan pasangan idaman mereka. Aku cemburu, aku juga ingin merasakan cinta. Aku masih berangan-angan sambil mengamati laron-laron disana. Ya, malam ini kuhabiskan hariku mengamati kemesraan mereka.
Pagi kini telah datang, fajar diufuk memperlihatkan mentari yang mulai meninggi. Kusaksikan dengan mataku, diantara kerumunan laron itu ada beberapa yang tak mendapat pasangan. Mereka mulai berjatuhan dan menggugurkan sayap mereka, lalu terjatuh dan mati. 


Ya, kini aku mengerti kenapa aku masih menjadi rayap seperti sekarang ini, karna ini memang belum waktunya untukku pergi mencari cinta sejati, jika aku memaksakan diri pergi kesana disaat aku memang belum waktunya kesana, aku juga pasti akan mati seperti mereka. 

Mungkin ini memang takdirku untuk menunggu, menunggu hingga saatnya tiba giliranku, menunggu hingga aku benar-benar siap mencari pendamping hidupku.

Nira Aer Enau
Singaradja, Januari 2014

No comments:

Post a Comment

Pembaca yang baik selalu meninggalkan komentar. Terimakasih atas saran dan kritik anda.