Ini
merupakan sebuah tulisan dalam cerita persahabatan. Ya,
mereka seperti serigala berbulu domba, terlihat begitu jinak dan baik, tapi
ketika mereka sudah berkumpul dengan domba-domba lain, ia dengan ganasnya
menerkam satu persatu domba-domba, dan aku adalah seekor domba.
Ia mencakarku,
mencabikku, mencoba membunuh jiwaku hingga mati, ya aku terkapar takberdaya,
dan ia tak mampu memakan dagingku yang telah terkoyak, ia berlari
meninggalkanku dengan segala luka, ini bukan luka lagi, ini adalah derita yang
sakitnya tiadaa terkira dahsyatnya. Aku masih ingat, dipadang rumput si
serigala berbulu domba berlari dengan membawa sebagian jiwaku, perih teramat
sangat yang kurasakan. Aku membutuhkan waktu untukku bisa bertahan lagi, dengan
segala cara, lukaku kuobati, dengan jangka waktu yang begitu panjang, hingga
saat lukaku mulai sembuh, kuberanikan diri menentang maut.
Jika
seekor serigala bisa menjadi domba, domba pun bisa jadi serigala, tapi tetaplah
beda, serigala berbulu domba adalah cara yang begitu hina, untuk mendapatkan
mangsanya, ia harus berubah jadi mangsanya, bukankah sama saja ia menjatuhkan
derajatnya menjadi sama dengan mangsanya, ia jadi berlaku sama dan meniru
mangsanya. Dan aku menjadi seekor domba bertopeng serigala, tapi derajatku
lebih tinggi darinya, karna aku menjadi seorang pemangsa sama seperti dirinya.
Ya,
aku menjadi seekor domba bertopeng serigala, dari segerombolan serigala di
ujung goa, kutemukan serigala yang mengkoyak-koyak jiwaku. Ia tak tau, aku
adalah domba malang yang ia lukai, aku domba malang yang ia sakiti, dan kini
giliranku untuk menyakiti, dengan kedua tandukku, ku tancapkan pada hatinya hingga
luka, kusobek jiwanya, hingga ia tak berdaya. Dan sebelum aku meninggalkannya,
kukatakan padanya. "Domba Bertopeng
Serigala" lebih cerdik daripada "Serigala Berbulu Domba".
Memiliki banyak teman
memang menyenangkan, akan tetapi terkadang teman yang kita anggap sahabat
sejati ternyata dia berkhianat. Selalu memanfaatkan kita, hanya datang saat
butuh, lalu pergi begitu saja jika tak butuh, dan selalu menang sendiri.
Sebenarnya ini tak bisa lagi disebut teman, teman macam apa yang tega dengan
sahabat sendiri, ketika di depan kita selalu baik, tapi dibelakang kita dia
selalu menjelek-jelekkan kita. Inikah teman? Terkadang
kata pepatah memang benar, kawan adalah lawan. Kawan bisa menjadi lawan, lawan
bisa menjadi kawan, selama hari-hari terus berjalan, antara kawan jadi lawan
dan lawan jadi kawan pun terus berjalan pula.
Itulah
sebabnya aku adalah satu dari sekian orang yang tidak begitu tertarik dengan
yang namanya persahabatan, karna sudah sering kali ku alami persahabatan yang
seperti permen karet, habis manis sepah dibuang. Ya, masalaluku terlalu suram
ketika ditanya tentang persahabatan, dan aku termasuk seorang penyendiri,
karena tak pernah bisa lagi mempercayai orang lain. Jangankan mempercayai
oranglain, mempercayai diriku sendiri saja aku tak bisa, ya, aku juga bisa
berbohong pada diriku sendiri, apalagi oranglain, pasti mereka juga bisa
membohongiku. Ah, aku tak terlalu peduli dengan ini, biarkan orang berkata aku
hidup bersama dengan keegoisan, daripada terlalu sakit mempercayai orang dan
ternyata menghianati.
salam kenal kak :)
ReplyDeletewah.. kalau saya punya sahabat. tidak banyak, tapi memang merekalah yang paling dekat.
walau mereka tidak selalu ada tapi mereka selalu mendo'akanku. aku yakinnya seperti itu :)
ya, lebih baik punya teman sedikit tapi setia :)
Delete