Friday, October 11, 2013

Domba Bertopeng Serigala



Ini merupakan sebuah tulisan dalam cerita persahabatan. Ya, mereka seperti serigala berbulu domba, terlihat begitu jinak dan baik, tapi ketika mereka sudah berkumpul dengan domba-domba lain, ia dengan ganasnya menerkam satu persatu domba-domba, dan aku adalah seekor domba.
Ia mencakarku, mencabikku, mencoba membunuh jiwaku hingga mati, ya aku terkapar takberdaya, dan ia tak mampu memakan dagingku yang telah terkoyak, ia berlari meninggalkanku dengan segala luka, ini bukan luka lagi, ini adalah derita yang sakitnya tiadaa terkira dahsyatnya. Aku masih ingat, dipadang rumput si serigala berbulu domba berlari dengan membawa sebagian jiwaku, perih teramat sangat yang kurasakan. Aku membutuhkan waktu untukku bisa bertahan lagi, dengan segala cara, lukaku kuobati, dengan jangka waktu yang begitu panjang, hingga saat lukaku mulai sembuh, kuberanikan diri menentang maut. 


Jika seekor serigala bisa menjadi domba, domba pun bisa jadi serigala, tapi tetaplah beda, serigala berbulu domba adalah cara yang begitu hina, untuk mendapatkan mangsanya, ia harus berubah jadi mangsanya, bukankah sama saja ia menjatuhkan derajatnya menjadi sama dengan mangsanya, ia jadi berlaku sama dan meniru mangsanya. Dan aku menjadi seekor domba bertopeng serigala, tapi derajatku lebih tinggi darinya, karna aku menjadi seorang pemangsa sama seperti dirinya.


Ya, aku menjadi seekor domba bertopeng serigala, dari segerombolan serigala di ujung goa, kutemukan serigala yang mengkoyak-koyak jiwaku. Ia tak tau, aku adalah domba malang yang ia lukai, aku domba malang yang ia sakiti, dan kini giliranku untuk menyakiti, dengan kedua tandukku, ku tancapkan pada hatinya hingga luka, kusobek jiwanya, hingga ia tak berdaya. Dan sebelum aku meninggalkannya, kukatakan padanya. "Domba Bertopeng Serigala" lebih cerdik daripada "Serigala Berbulu Domba".

Memiliki banyak teman memang menyenangkan, akan tetapi terkadang teman yang kita anggap sahabat sejati ternyata dia berkhianat. Selalu memanfaatkan kita, hanya datang saat butuh, lalu pergi begitu saja jika tak butuh, dan selalu menang sendiri. Sebenarnya ini tak bisa lagi disebut teman, teman macam apa yang tega dengan sahabat sendiri, ketika di depan kita selalu baik, tapi dibelakang kita dia selalu menjelek-jelekkan kita. Inikah teman? Terkadang kata pepatah memang benar, kawan adalah lawan. Kawan bisa menjadi lawan, lawan bisa menjadi kawan, selama hari-hari terus berjalan, antara kawan jadi lawan dan lawan jadi kawan pun terus berjalan pula.

Itulah sebabnya aku adalah satu dari sekian orang yang tidak begitu tertarik dengan yang namanya persahabatan, karna sudah sering kali ku alami persahabatan yang seperti permen karet, habis manis sepah dibuang. Ya, masalaluku terlalu suram ketika ditanya tentang persahabatan, dan aku termasuk seorang penyendiri, karena tak pernah bisa lagi mempercayai orang lain. Jangankan mempercayai oranglain, mempercayai diriku sendiri saja aku tak bisa, ya, aku juga bisa berbohong pada diriku sendiri, apalagi oranglain, pasti mereka juga bisa membohongiku. Ah, aku tak terlalu peduli dengan ini, biarkan orang berkata aku hidup bersama dengan keegoisan, daripada terlalu sakit mempercayai orang dan ternyata menghianati.

2 comments:

  1. salam kenal kak :)
    wah.. kalau saya punya sahabat. tidak banyak, tapi memang merekalah yang paling dekat.
    walau mereka tidak selalu ada tapi mereka selalu mendo'akanku. aku yakinnya seperti itu :)

    ReplyDelete

Pembaca yang baik selalu meninggalkan komentar. Terimakasih atas saran dan kritik anda.