Ini kisah sepasang
kekasih yang berjanji untuk selalu bersama, yaitu tentang si kacang dan si
kulit. Di awal cerita, mereka selalu bersama, si kulit selalu melindungi si
kacang, dan si kacang bahagia karena merasa bahwa si kulit bisa menjaga dan
melindunginya.
Hingga pada suatu saat,
si kulit dan si kacang mulai tua. Si kulit perlahan-lahan membuka kulitnya, si
kacang terdiam, seolah ia mengerti si kulit akan membiarkannya pergi.
Si kacang
kecewa, setelah waktu yang cukup lama dilalui bersama, genggaman tangan yang
selalu menjaganya kini telah dilepaskan oleh si kulit. Si kacang hanya bisa
terdiam dengan hati yang luka. Dan akhirnya si kacang berani angkat bicara
“Kenapa kamu melepaskanku?”. Si kulit menjawab “Waktuku sudah selesai untuk
menjagamu, seharusnya kamu senang karna aku sudah membiarkanmu bebas, jadi kau
bisa bebas memilih untuk bersama yang lain!”. Itu kata terakhir yang diucapkan
si kulit sebelum ia pergi ke tumpukan sampah.
Si kacang masih terdiam
sebelum sempat menjawab si kulit. Ini adalah patah hati pertama yang sangat
menyakitkan bagi si kacang. Sekarang ia masih bersedih sendirian, ia berusaha
tegar menghadapi kenyataan hidup yang memang pahit, ia berusaha ceria, dan
berusaha melupakan si kulit yang telah meninggalkannya. Ya, perlahan-lahan ia
bisa melupakan si kulit, meskipun hatinya masih mengharapkan si kulit. Terdengar
seseorang berkata pada si kacang “Hei kamu, kacang lupa kulitnya. Padahal si kulit rela dibuang ditempat sampah
demi dirimu, tapi kau malah melupakan semua pengorbanannya!”
Mendengar kata itu, hati
si kacang lebih sakit lagi. Sebenarnya kacang tidak melupakan si kulit, hanya
saja si kacang kecewa dengan si kulit, seharusnya si kulit bisa menjaga si
kacang agar selalu bersamanya. Tapi si kulit tidak peduli, si kulit membiarkan
si kacang pergi dan tidak berusaha mempertahankan si kacang. Si kacang sedih
karna dia semakin jauh dari si kulit. Si kacang takut dia ditelan jadi feses.
Tapi si kulit masih tidak peduli, ia masih sibuk di tempat sampah bersama
kulit-kulit yang lain.
*Terinspirasi
Peribahasa: Kacang Lupa Kulitnya
Nira Aer Enau
Singaradja,
April 2014
No comments:
Post a Comment
Pembaca yang baik selalu meninggalkan komentar. Terimakasih atas saran dan kritik anda.